Kamis, 01 September 2011

MEMANJAKAN LIDAH DENGAN KULINER KHAS PEKALONGAN DI ALUN-ALUN KEDUNGWUNI

Bila Anda melewati alun-alun Kedungwuni, rasanya teramat sayang kalau melewatkan aneka sajian kuliner khas Kabupaten Pekalongan di tempat tersebut. Soto tauto, garang asem, pindang tetel, dan yang pasti: sego megono, mudah dijumpai di sekitar alun-alun, yang memang ingin dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu pusat wisata kuliner (info selengkapnya bisa dibaca DI SINI).

Megono, menurut Wikipedia, yakni irisan nangka muda dengan bumbu sambal kelapa. Rasanya gurih dan pedas dan cocok, biasanya dihidangkan ketika masih panas dengan menu tambahan lalapan pete serta ikan goreng. Di [Kabupaten Pekalongan] bagian selatan biasanya makanan ini dibuat ketika sedang hajatan yang kemudian diberikan untuk oleh-oleh para tamu undangan. Kebiasaan ini telah dilakukan turun temurun dari zaman dahulu kala. Nasi ini dibungkus dengan daun jati atau juga bisa dengan daun pisang, dan mereka biasa menyebutnya dengan nama "Sego Gori"(Nama lain dari Megono).

Sedangkan Taoto, sejenis sup daging kuah kental khas pekalongan dengan bumbu khas Taoco yaitu kedelai yang dibusukan hingga kental.

Pindang Tetel, Sebetulnya makanan ini sejenis dengan soto juga, namun perbedaanya adalah pada bumbu kuahnya yang diolah dengan menggunakan buah pucung yang sudah masak.

Deretan tenda bertuliskan “Mitra Binaan Disprindag dan PM Kabupaten Pekalongan" berjejer rapi, menjajakan aneka menu yang siap disantap di tempat ataupun dibawa pulang. Lokasinya yang strategis, mudah dijangkau dengan semua jenis kendaraan, termasuk angkutan kota.








Masih dalam suasana Idul Fitri, tak ada salahnya mampir ke Alun-alun Kedungwuni bila Anda melintas untuk berkunjung ke sanak famili, seperti yang saya lakukan di hari kedua Idul Fitri, sore tadi.

Selamat menikmati.



Pemimpin Redaksi

Artikel Terkait



4 komentar:

  1. Balasan
    1. Monggo, kalau dari Pamekasan kebetulan melintas di Pantura, silahkan berkunjung ke Kota Santri seraya menikmati aneka kuliner lokal. Soal harga? Amat sangat bersahabat. Soal rasa? Monggo dicoba. Terima kasih atas kunjungannya

      Hapus
  2. mas, la mbok yang ditampilkan jangan melulu daerah bawah, justru seharusnya yg utama adalah desa tanggeran itu sendiri mas, gmna kulturnya, adatnya, atau keadaan alamnya... yg paling penting yang bisa mendongkrak ekonomi desa tanggeran. suwon

    BalasHapus
  3. Trm ksh Pak Slamet Siswanto atas masukannya. Safari kuliner tsb seringkali hanya sebuah kebetulan saat sy berkunjung ke lokasi2 tsb. U Tanggeran sendiri sdh beberapa kali dipublikasikan meski biasanya satu rangkaian dgn publikasi kegiatan siswa. BTW, terima kasih atas masukannya

    BalasHapus

Berlangganan Artikel via Email

Silahkan masukkan email Anda:

Delivered by FeedBurner