JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak umat Islam untuk mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW yang selalu menyelesaikan segala permasalahan secara damai dan bermartabat.
Dalam sambutannya pada acara 'Dzikir Akbar' yang digelar Majelis Rasulullah SAW di halaman selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (15/2), Presiden juga
meminta umat Islam bisa meneladani sifat Nabi Muhammad SAW yang bijak, teduh, dan pengayom.
"Mari kita contoh kepemimpinan Rasul yang mampu mengubah masyarakat majemuk yang penuh kemungkaran menjadi masyarakat yang lebih baik," kata Presiden. Menurut dia, Rasulullah mencontohkan hijrah atau perubahan besar harus dilakukan secara bertahap dan bijak. "Kita harus mencontohnya dan ini menjadi contoh sepanjang masa," ujarnya.
Bila setiap umat Islam Indonesia secara sungguh-sungguh mencontoh sifat dan cara hidup Nabi Muhammad, Presiden yakin bangsa Indonesia akan senantiasa diberkati dan dirahmati oleh Allah SWT dan semua perjuangan bangsa Indonesia akan berhasil.
Pada kesempatan itu, Presiden yang mengenakan baju koko berwarna putih dan berpeci hitam juga mengajak bangsa Indonesia untuk tidak menyerah dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang berat. Justru, lanjut dia, dalam keadaan sulit, bangsa Indonesia harus lebih kompak, tegar, dan bersatu. "Jangan justru ribut sendiri dan saling menyalahkan."
Acara yang digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini dimulai pukul 09.00 WIB dan dihadiri ribuan umat Islam, termasuk sejumlah petinggi negara. Sementara tausiyah disampaikan oleh Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa.
Pada peringatan Maulid Nabi yang digelar di Masjid At-Taqwa, Kabupaten Bekasi, pada hari yang sama, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta masyarakat setempat untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama. Hal ini untuk menghindari konflik horizontal berlatar belakang agama seperti yang terjadi di Temanggung dan Cikeusik, Banten.
Heryawan mengatakan, persoalan yang terjadi di masyarakat seharusnya diselesaikan lewat musyawarah. "Kalau ada masalah sebaiknya diselesaikan dengan musyawarah atau jalur hukum. Jangan main hakim sendiri."
Diungkapkan Heryawan, pihaknya bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) telah berkomitmen untuk menjaga keamanan di wilayah setempat. Selain itu, pihaknya juga berkomitmen untuk menaati Keputusan Bersama Tiga Menteri. "Semua harus menaati SKB Tiga Menteri, termasuk kelompok Ahmadiyah."
Kesalehan sosial
Ajakan untuk meneladani Rasulullah juga disuarakan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, dalam 'Tabligh Akbar' di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, Maulid Nabi merupakan momentum yang tepat untuk meneladani kepribadian Rasulullah.
Kesalehan yang dimiliki Rasulullah, menurutnya, tidak sebatas saleh secara spiritual tetapi juga sosial. Dalam konteks sekarang, kesalehan tersebut bisa dimaknai dengan menunaikan tugas secara benar. Pemaknaan tersebut mesti diperkuat dengan prinsip mempelajari dan mengamalkan Islam dalam diri--baik hati, akal, maupun tindakan--sehingga menjadi falsafah hidup. Langkah itu, lanjut M Nuh, mesti dibuktikan juga dengan upaya memberikan manfaat dan faidah bagi kehidupan umat manusia dalam kondisi apa pun. c01, antara, ed: wachidah handasah
Jangan Sekadar Seremonial
MEDAN - Setiap tahun, umat Islam selalu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan berbagai kegiatan. Sayangnya, peringatan itu masih sebatas seremonial tanpa memaknai keberadaan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT.
Hal tersebut dikatakan pengamat sosial dari IAIN Sumatra Utara Ansari Yamamah Selasa (15/2). "Sifat dan sikap Nabi Muhammad yang selalu memberikan keteledanan itu yang harus ditiru umat Islam," ujarnya.
Dijelaskan, keteladanan Rasulullah SAW dapat dilihat dari sikapnya yang jujur dan adil. Salah satunya, dengan menerapkan hukuman yang sama terhadap siapa pun yang melanggar aturan, termasuk orang terdekatnya. Bahkan, kata Ansari, Rasulullah sendiri yang menegaskan akan menghukum putrinya, Fatimah, jika ia (Fatimah) melakukan kesalahan atau kejahatan.
Sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW juga patut ditiru. Rasulullah, lanjut Ansari, merupakan pemimpin yang visioner dan mampu membuat kebijakan yang dapat dterima semua pihak, bahkan dipergunakan sepanjang masa. "Nabi Muhammad SAW seolah-olah membuat grand design kebijakan," kata alumni Universitas Leiden, Belanda, itu.
Ansari kemudian mencontohkan pembuatan perjanjian Hudaibiyah yang digagas Rasulullah dan disepakati semua pihak yang berbeda keyakinan.
Dalam perjanjian itu, dicantumkan bahwa seluruh umat beragama di tanah Arab berhak dan tidak akan diganggu untuk mengamalkan agama dan kepercayaannya.
Isi perjanjian itu disambut baik semua pihak, bahkan diadopsi menjadi kesepakatan di dunia internasional. "Karenanya, Nabi Muhammad SAW juga diakui sebagai salah satu pemimpin dunia."
Menurut Ansari, kemampuan para penyelenggara pemerintahan untuk meniru pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sangat diperlukan. "Saat ini, aturan sudah banyak. Namun, keteladanan yang susah didapatkan."
Sumber: Republika Online
Dalam sambutannya pada acara 'Dzikir Akbar' yang digelar Majelis Rasulullah SAW di halaman selatan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Selasa (15/2), Presiden juga
meminta umat Islam bisa meneladani sifat Nabi Muhammad SAW yang bijak, teduh, dan pengayom.
"Mari kita contoh kepemimpinan Rasul yang mampu mengubah masyarakat majemuk yang penuh kemungkaran menjadi masyarakat yang lebih baik," kata Presiden. Menurut dia, Rasulullah mencontohkan hijrah atau perubahan besar harus dilakukan secara bertahap dan bijak. "Kita harus mencontohnya dan ini menjadi contoh sepanjang masa," ujarnya.
Bila setiap umat Islam Indonesia secara sungguh-sungguh mencontoh sifat dan cara hidup Nabi Muhammad, Presiden yakin bangsa Indonesia akan senantiasa diberkati dan dirahmati oleh Allah SWT dan semua perjuangan bangsa Indonesia akan berhasil.
Pada kesempatan itu, Presiden yang mengenakan baju koko berwarna putih dan berpeci hitam juga mengajak bangsa Indonesia untuk tidak menyerah dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang berat. Justru, lanjut dia, dalam keadaan sulit, bangsa Indonesia harus lebih kompak, tegar, dan bersatu. "Jangan justru ribut sendiri dan saling menyalahkan."
Acara yang digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini dimulai pukul 09.00 WIB dan dihadiri ribuan umat Islam, termasuk sejumlah petinggi negara. Sementara tausiyah disampaikan oleh Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa.
Pada peringatan Maulid Nabi yang digelar di Masjid At-Taqwa, Kabupaten Bekasi, pada hari yang sama, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta masyarakat setempat untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama. Hal ini untuk menghindari konflik horizontal berlatar belakang agama seperti yang terjadi di Temanggung dan Cikeusik, Banten.
Heryawan mengatakan, persoalan yang terjadi di masyarakat seharusnya diselesaikan lewat musyawarah. "Kalau ada masalah sebaiknya diselesaikan dengan musyawarah atau jalur hukum. Jangan main hakim sendiri."
Diungkapkan Heryawan, pihaknya bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) telah berkomitmen untuk menjaga keamanan di wilayah setempat. Selain itu, pihaknya juga berkomitmen untuk menaati Keputusan Bersama Tiga Menteri. "Semua harus menaati SKB Tiga Menteri, termasuk kelompok Ahmadiyah."
Kesalehan sosial
Ajakan untuk meneladani Rasulullah juga disuarakan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, dalam 'Tabligh Akbar' di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, Maulid Nabi merupakan momentum yang tepat untuk meneladani kepribadian Rasulullah.
Kesalehan yang dimiliki Rasulullah, menurutnya, tidak sebatas saleh secara spiritual tetapi juga sosial. Dalam konteks sekarang, kesalehan tersebut bisa dimaknai dengan menunaikan tugas secara benar. Pemaknaan tersebut mesti diperkuat dengan prinsip mempelajari dan mengamalkan Islam dalam diri--baik hati, akal, maupun tindakan--sehingga menjadi falsafah hidup. Langkah itu, lanjut M Nuh, mesti dibuktikan juga dengan upaya memberikan manfaat dan faidah bagi kehidupan umat manusia dalam kondisi apa pun. c01, antara, ed: wachidah handasah
Jangan Sekadar Seremonial
MEDAN - Setiap tahun, umat Islam selalu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan berbagai kegiatan. Sayangnya, peringatan itu masih sebatas seremonial tanpa memaknai keberadaan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT.
Hal tersebut dikatakan pengamat sosial dari IAIN Sumatra Utara Ansari Yamamah Selasa (15/2). "Sifat dan sikap Nabi Muhammad yang selalu memberikan keteledanan itu yang harus ditiru umat Islam," ujarnya.
Dijelaskan, keteladanan Rasulullah SAW dapat dilihat dari sikapnya yang jujur dan adil. Salah satunya, dengan menerapkan hukuman yang sama terhadap siapa pun yang melanggar aturan, termasuk orang terdekatnya. Bahkan, kata Ansari, Rasulullah sendiri yang menegaskan akan menghukum putrinya, Fatimah, jika ia (Fatimah) melakukan kesalahan atau kejahatan.
Sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW juga patut ditiru. Rasulullah, lanjut Ansari, merupakan pemimpin yang visioner dan mampu membuat kebijakan yang dapat dterima semua pihak, bahkan dipergunakan sepanjang masa. "Nabi Muhammad SAW seolah-olah membuat grand design kebijakan," kata alumni Universitas Leiden, Belanda, itu.
Ansari kemudian mencontohkan pembuatan perjanjian Hudaibiyah yang digagas Rasulullah dan disepakati semua pihak yang berbeda keyakinan.
Dalam perjanjian itu, dicantumkan bahwa seluruh umat beragama di tanah Arab berhak dan tidak akan diganggu untuk mengamalkan agama dan kepercayaannya.
Isi perjanjian itu disambut baik semua pihak, bahkan diadopsi menjadi kesepakatan di dunia internasional. "Karenanya, Nabi Muhammad SAW juga diakui sebagai salah satu pemimpin dunia."
Menurut Ansari, kemampuan para penyelenggara pemerintahan untuk meniru pola kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sangat diperlukan. "Saat ini, aturan sudah banyak. Namun, keteladanan yang susah didapatkan."
Sumber: Republika Online
0 komentar:
Posting Komentar