Semua guru mata pelajaran harus bertanggung jawab dalam pembentukan karakter siswa. Kondisi ini agar materi dan metode penyampaian yang digunakan dapat mengarah pada pembinaan moral dan kepribadiaan.
Hal itu disampaikan Ketua PGRI Jateng Dr H Soebagyo Brotosedjati MPd pada seminar "Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kontekstual" di Kampus IKIP PGRI Semarang, baru-baru ini. Dia mengatakan, pendidikan karakter pada mata pelajaran tertentu mungkin akan efektif, tapi pada umumnya tiap mapel harus ada kaitan dan saling melengkapi. ''Hal ini karena tidak mungkin suatu pelajaran membentuk karakter secara khusus,'' ungkapnya.
Karena itu, bertepatan dengan HUT Ke-66 PGRI dan Hari Nasional yang akan diperingati sebentar lagi, organisasi profesi guru ini menyarankan agar semua pendidik dapat memahami pendidikan karakter kepada siswa. Dalam penyampaian materi kepada peserta didik harus mampu mengintegrasikan.
''Kalau guru SD mungkin bisa memberikan pembinaan secara komprehensif, karena mengampu semua mapel. Tetapi untuk tingkat SMP ke atas butuh integrasi agar tidak sulit membentuk karakter. Misalnya, dia guru Biologi atau Matematika, maka mereka tetap harus bertanggung jawab mengintegrasikan pembinaan moral kepada siswa,'' ungkapnya.
Tombak Pendidikan
Dalam kondisi apa pun, saat ini guru adalah tombak pendidikan karakter. Sebab melalui tangan dingin mereka akan membina anak didik di dalam kelas.
Guru Besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) bidang Pendidikan Moral Prof Dr Masrukhi MPd mengatakan, tugas guru di kelas tidak hanya transfer of knowledge dan transfer of science, tetapi juga membina moral dan kepribadian. ''Dengan berbagai variasi, mengajar bisa memunculkan karakter. Dalam kehidupan pembinaan di lingkungan sekolah, karakter bisa diciptakan melalui suasana kondusif dari kultur di sana,'' kata Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unnes ini.
Sementara itu, sekolah sebagai tempat implementasi pendidikan karakter juga perlu melakukan penilaian yang terukur. Kepala SMA 3 Semarang Hari Waluyo menyatakan, penilaian pendidikan karakter yang dilakukan kepada siswa oleh sekolah juga perlu diketahui orang tua peserta didik.
''Seperti yang dilakukan sekolah kami, ada lembaran khusus untuk menilai implementasi pendidikan karakter. Memang agak berat, tapi perkembangannya akan diketahui orang tua siswa,'' tandasnya.
Sumber: Suara Merdeka
Hal itu disampaikan Ketua PGRI Jateng Dr H Soebagyo Brotosedjati MPd pada seminar "Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kontekstual" di Kampus IKIP PGRI Semarang, baru-baru ini. Dia mengatakan, pendidikan karakter pada mata pelajaran tertentu mungkin akan efektif, tapi pada umumnya tiap mapel harus ada kaitan dan saling melengkapi. ''Hal ini karena tidak mungkin suatu pelajaran membentuk karakter secara khusus,'' ungkapnya.
Karena itu, bertepatan dengan HUT Ke-66 PGRI dan Hari Nasional yang akan diperingati sebentar lagi, organisasi profesi guru ini menyarankan agar semua pendidik dapat memahami pendidikan karakter kepada siswa. Dalam penyampaian materi kepada peserta didik harus mampu mengintegrasikan.
''Kalau guru SD mungkin bisa memberikan pembinaan secara komprehensif, karena mengampu semua mapel. Tetapi untuk tingkat SMP ke atas butuh integrasi agar tidak sulit membentuk karakter. Misalnya, dia guru Biologi atau Matematika, maka mereka tetap harus bertanggung jawab mengintegrasikan pembinaan moral kepada siswa,'' ungkapnya.
Tombak Pendidikan
Dalam kondisi apa pun, saat ini guru adalah tombak pendidikan karakter. Sebab melalui tangan dingin mereka akan membina anak didik di dalam kelas.
Guru Besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) bidang Pendidikan Moral Prof Dr Masrukhi MPd mengatakan, tugas guru di kelas tidak hanya transfer of knowledge dan transfer of science, tetapi juga membina moral dan kepribadian. ''Dengan berbagai variasi, mengajar bisa memunculkan karakter. Dalam kehidupan pembinaan di lingkungan sekolah, karakter bisa diciptakan melalui suasana kondusif dari kultur di sana,'' kata Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unnes ini.
Sementara itu, sekolah sebagai tempat implementasi pendidikan karakter juga perlu melakukan penilaian yang terukur. Kepala SMA 3 Semarang Hari Waluyo menyatakan, penilaian pendidikan karakter yang dilakukan kepada siswa oleh sekolah juga perlu diketahui orang tua peserta didik.
''Seperti yang dilakukan sekolah kami, ada lembaran khusus untuk menilai implementasi pendidikan karakter. Memang agak berat, tapi perkembangannya akan diketahui orang tua siswa,'' tandasnya.
Sumber: Suara Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar