Selasa, 15 Maret 2011

KEPENDUDUKAN, SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA KABUPATEN PEKALONGAN

Bagian Ketiga dari Empat Tulisan
Seri Mengenal Lebih Dekat Kabupaten Pekalongan


D. Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan akhir tahun 2009 sebanyak 977.711 jiwa, yang terdiri dari 497.533 jiwa penduduk laki-laki dan 480.178 jiwa penduduk perempuan, sementara jumlah penduduk tahun 2008 tercatat 965.745 jiwa yang terdiri dari 490.780 jiwa penduduk laki-laki dan sebanyak 474.965 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan data penduduk pemilih potensial Kabupaten Pekalongan tercatat jumlah pemilih sebanyak 717.239 jiwa.


Laju pertumbuhan penduduk tahun 2009 sebesar 1,08% turun bila dibanding dengan tahun 2008 sebesar 1,26%, hal ini menunjukkan bahwa pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pekalongan mengalami penurunan yang signifikan. Adapun jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 sebanyak 223.178 KK yang berarti jumlah rata-rata setiap keluarga terdiri dari 4,57 jiwa, meningkat dibanding tahun 2008 sebanyak 226.605 KK.

Kepadatan penduduk Kabupaten Pekalongan tahun 2009 sebanyak 1.169 jiwa/km2, mengalami peningkatan sedikit dibanding tahun 2008 sebanyak 1.157 jiwa/km2, sedangkan penduduk yang paling padat terdapat di Kecamatan Wiradesa yaitu sebanyak 5.119 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah di Kecamatan Petungkriyono yaitu sebanyak 174 jiwa/km2.

Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan
Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Bulan Juni 2010




Kepadatan Penduduk
Kabupaten Pekalongan Per Km2/Tahun
Tahun 2005 s/d 2009






E. Ekonomi
Pada tahun 2003, Kabupaten Pekalongan menerima piagam penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas prestasinya dalam menciptakan rekor Selendang Sutera Terpanjang. Selain batik, industri lainnya yang berkembang di Kabupaten Pekalongan antara lain konveksi, pertenunan, bordir, pengolahan ikan, mebel, anyaman bambu, dan batu bata merah serta genting.

Aneka komoditi pertanian dihasilkan dari wilayah ini, antara lain kentang dan kubis dari Kecamatan Petungkriyono yang dipasarkan sampai ke Yogyakarta dan Jawa Timur; durian di Kecamatan Talun, Doro, dan Karanganyar; salak pondoh di Kecamatan Talun dan Doro. Untuk peternakan, populasi sapi dan kambing banyak terdapat di Kecamatan Paninggaran, kerbau di Kecamatan Kajen, kambing di Kecamatan Kandangserang, serta kuda dan unggas banyak terdapat di Kecamatan Wiradesa.

F. Budaya Masyarakat
Kabupaten Pekalongan kaya akan budaya tradisional. Berbagai macam kesenian tradisional banyak dimiliki beberapa desa dan kecamatan di wilayah Kabupaten Pekalongan yang tentu saja dengan ciri khas masing - masing.

Keanekaragaman itu tidak memecah belah masyarakat tapi justru semakin memperkaya khasanah budaya di daerah Kabupaten Pekalongan.

Agenda Syawalan
Upacara Tradisi Syawalan adalah agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Rangkaian acara dalam kegiatan ini terdiri dari Ngarak Tumpeng Nasi Megono (Megono Gunungan) setinggi 2 meter, pemotongan tumpeng oleh Bupati Pekalongan dan diakhiri dengan makan nasi megono gratis bagi para pengunjung.

Kesenian Kuntulan/Sirkus "Gralis Budaya", Desa Sabarwangi Kec. Kajen
Penampilan yang memukau dan terkesan mengerikan menjadikan identitas kesenian ini. Tetapi justru disitulah daya tarik yang dimiliki Gralis Budaya untuk merebut perhatian penonton.

Kesenian Kuda Kepang
Kesenian Kuda Kepang dari Desa Wonorejo, Kecamatan Wonopringgo, Kabuapaten Pekalongan. Kesenian yang menggunakan Kuda Kepang sebagai sarana utama ini menyuguhkan berbagai atraksi yang menarik. Tarian - tarian dan alunan musik yang begitu harmonis menjadi perpaduan yang indah di setiap penampilan. Biasa dipentaskan pada acara - acara sedekah bumi, hajatan penyambutan tamu, HUT Kemerdekaan, Hari Jadi Kabupaten Pekalongan dan lain-lainl.

Kesenian Jaran Ilir Kecamatan Sragi
Sekelompok pemuda - pemudi yang terpanggil untuk ikut meramaikan dunia seni dan budaya di Kabupaten Pekalongan.Mereka membangun kreatifitas dan berhasil menciptakan seni yang berbeda dari biasanya. (Sumber Buku Profil, Potensi, Peluang Investasi dan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Pekalongan Tahun 2007)

Makanan Khas

Pekalongan memiliki banyak makanan khas yang sangat unik dan enak, antara lain :

Megono, yakni irisan nangka muda dengan bumbu sambal kelapa. Rasanya gurih dan pedas dan cocok, biasanya dihidangkan ketika masih panas dengan menu tambahan lalapan pete serta ikan goreng. Di [Kabupaten Pekalongan] bagian selatan biasanya makanan ini dibuat ketika sedang hajatan yang kemudian diberikan untuk oleh-oleh para tamu undangan. Kebiasaan ini telah dilakukan turun temurun dari zaman dahulu kala. Nasi ini dibungkus dengan daun jati atau juga bisa dengan daun pisang, dan mereka biasa menyebutnya dengan nama "Sego Gori" (Nama lain dari Megono).

Taoto, Sejenis sup daging kuah kental khas pekalongan dengan bumbu khas Taoco yaitu kedelai yang dibusukan hingga kental.

Pindang Tetel, Sebetulnya makanan ini sejenis dengan soto juga, namun perbedaanya adalah pada bumbu kuahnya yang diolah dengan menggunakan buah pucung yang sudah masak.

Iwak Panggang, Ikan ini adalah ikan laut yang kemudian diolah dengan proses pengasapan, sehingga ikan tersebut akan berubah warna, rasa dan aroma. Bau ikan panggang ini sangat khas dan banyak kita jumpai di pasar-pasar tradisional [Kabupaten Pekalongan]. Biasanya ikan panggang ini diolah dengan disambal, dipecak, disayur dan digoreng.

Dialek

Kabupaten Pekalongan memmpunyai dialek sendiri, ada dialek yang biasanya diakhiri dengan kata "ra". Contoh: ojo koyo kui ra (jangan seperti itu donk). Semakin ke Selatan dipengaruhi dialeg selatan, yaitu sebuah kalimat kemungkinan selalu di ikuti kata "ndean", kemudian Cok-e, yang berarti kemungkinan seperti: wis mangan, ndean !? wis mangan,cok-e !? sama dengan "sudah makan, mungkin", selain itu ada juga kata "pak ora si" yang artinya "Biar sajalah". Budaya Pekalongan sebagai Kota Santri selalu terbalut dengan tatanan masyarakat kaum yaitu Islamis dengan memegang norma - norma dan adat istiadat. Untuk wilayah Kedungwuni ada sebuah kata yang cukup unik yaitu "jare basan", ini akan selalu terdengar sepertinya "Pak Basan" orang yang sangat pandai....ternyata jare basan itu adalah "paribasan/lega ngatine/seumpamanya"

(Bersambung)


Tim Pengembangan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
SD Negeri Tanggeran

Artikel Terkait



0 komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Artikel via Email

Silahkan masukkan email Anda:

Delivered by FeedBurner